Minggu, 17 Januari 2010

KWALITAS SEKOLAH DAN GURU IDEAL YANG DIBUTUHKAN SISWA


UAS
KWALITAS SEKOLAH DAN GURU IDEAL YANG DIBUTUHKAN SISWA

1.      Sekolah Yang Ideal
Perkembangan dalam lingkup pendidikan saat ini adalah banyak orang tua yang ingin memberikan pendidikan kepada putra putrinya melalui lembaga pendidikan yang baik. Tentunya orang tua berharap sekolah yang dipilih akan mampu menjadi tempat mengembangkan kemampuan anak secara optimal. Permasalahannya sekarang bagaimana sekolah yang ideal itu ? Dalam mewujudkan pendidikan yang ideal tentu tidak terlepas dari pendidikan itu adalah merupakan spesialisasi tersendiri yang asalnya dari pendidikan keluarga ke pendidikan sekolah.
Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor penunjang dari pembentukan sekolah yang ideal, termasuk segala sarana dan prasarana sekolah tersebut harus mendukung agar tercapainya hasil, sesuai dengan yang diharapkan. Mengenai methode pengajaran anak, sebaiknya tidak disampaikan satu arah, maksudnya anak jangan hanya diberi informasi saja oleh pendidik tanpa menggali potensi dari anak didik itu sendiri, maka dari itu methode yang tepat adalah menggali dan mengembangkan bakat dan minat dari siswa dan didukung dengan acuan dasar kurikulum yang tepat.
Suatu pendapat mengatakan bahwa sekolah bisa dikatakan ideal jika telah memenuhi seluruh kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Fasilitas, sarana dan prasarana dari sekolah haruslah ada untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Sekolah harus memiliki komputer, yang jika tidak ada maka sekolah tersebut akan dikatakan sekolah ketinggalan jaman. Bangunan haruslah megah dan memadai untuk ditempati sebagai tempat untuk mencari ilmu. Setelah mendengar pendapat tersebut, sebagian orang membenarkannya. Tentunya memang menjadi keharusan sebuah sekolah memiliki karakter seperti itu, jika ingin dikatakan sebagai sekolah ideal yang diimpikan oleh siswa.
Mungkin di antara kita ada yang masih ingat sebuah film yang menggugah hati, “Laskar Pelangi”. Dalam film tersebut digambarkan adanya sepuluh orang anak yang berjuang mati-matian mempertahankan sekolah mereka hanya untuk menuntut ilmu. Mereka hanya bersepuluh dan sekolah mereka tidak lebih bagus dari sebuah gedung yang hampir roboh. Sekolah mereka hanyalah berdinding papan yang tak layak dijadikan sebagai sekolah. Di sekolah mereka tidak ada komputer, bahkan kursi dan bangku mereka sudah tidak layak untuk dipakai. Tetapi kita dapat melihat kegigihan mereka. Mereka tetap ke sekolah walaupun harus menempuh jarak sekitar sepuluh kilometer. Dengan keteguhan, mereka mampu menjuarai karnaval dengan peralatan seadanya, menjuarai lomba cerdas cermat, walaupun setiap harinya mereka belajar berhitung hanya dengan menggunakan lidi sebagai alat hitungnya, dan ternyata mereka dapat mengalahkan sekolah lainnya yang memiliki fasilitas lebih canggih dan lebih modern.
Apa yang bisa kita petik dari film tersebut? Ternyata keidealan dari suatu sekolah, belum tentu dapat dilihat dari fasilitasnya,. Walaupun dengan fasilitas yang minim, jika mampu membangun semangat kita, itu jauh lebih baik. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa dengan sekolah yang memiliki fasilitas lebih tinggi akan mendapatkan hasil yang lebih bagus. Jadi sebenarnya, sekolah seperti apa yang diimpikan oleh siswa?
Sebenarnya sebuah sekolah itu tidak harus mempunyai fasilitas yang canggih, tetapi bagaimana sekolah itu bisa memfasilitasi diri kita untuk menjadi seorang yang berhasil. Walaupun sebuah sekolah hanya memiliki fasilitas yang minim, tetapi sekolah tersebut dapat menyemangati kita untuk menjadi siswa yang teguh, kuat, tangguh dan berani menghadapi tantangan, sebuah sekolah tidaklah harus memiliki bangunan yang megah, tetapi bagaimana sekolah itu membangun diri kita menjadi siswa yang tidak mudah patah semangat, sekolah yang selalu membuat kita menjadi percaya diri untuk terus maju ke depan, sekolah merupakan awal dari masa depan kita. Dengan kriteria seperti itu, sekolah akan membawa kita menjadi seseorang yang nantinya akan berguna bagi orang banyak.
Tetapi tetap saja, pada kenyataannya fasilitas-fasilitas tersebut adalah termasuk faktor penting yang menjadi sebuah keharusan pada setiap sekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya.
·         Apakah semua anak dapat bersekolah bersama dengan teman-temannya dalam satu sekolah tanpa harus dibedakan ?
·         Bentuk keragaman anak di sekolah
·         Memperbaiki keragaman di sekolah
Dalam hal ini, sebenarnya kita harus menganalisa setiap anak terlebih dahulu. Kita tidak seharusnya membeda-bedakan setiap anak yang satu dengan anak yang lainnya. Karena mereka semua mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Setiap anak memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing dan setiap anak pada dasarnya memiliki kecerdasan, kejeniusan atau bakat tersendiri yang apabila mendapatkan pengarahan yang baik maka hasilnyapun akan menjadi baik, tetapi bila mendapatkan penanganan serta pengarahan yang kurang baik hasilnyapun akan menjadi kurang baik.
Terkadang ada anak-anak yang membutuhkan suasana yang hening ketika belajar, dan ada juga anak yang lebih bisa menyerap pelajaran jika mereka belajar sambil mendengarkan musik ataupun dikebisingan sekalipun. Ada lagi anak yang lebih suka belajar dengan menggunakan alat peraga, karena menurut mereka pelajaran itu menjadi lebih menarik, atau malah ada anak yang dengan mudahnya menyerap pelajaran dalam keadaan apapun, bising, hening, menggunakan alat peraga ataupun tidak, bagi anak tersebut dia tetap bisa menyerap pelajaran dengan baik, itulah keunikan-keunikan setiap anak.
·         Guru yang dibutuhkan dalam sekolah yang ideal
·         Kualitas guru/pendidik yang ideal
·         Mengembangkan kualitas guru yang ideal
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat berperan penting dalam pola pembinaan, pengajaran, pembimbingan dan pengembangan. Semua pola tersebut merupakan tanggung jawab penuh seorang guru, sehingga benar-benar mampu mencetak siswa yang tangguh dan terampil di segala bidang. Guru merupakan faktor penting bagi pewujudan keberhasilan sekolah dalam rangka memberikan pendidikan, dengan cara membantu meningkatkan minat anak-anak dalam pembelajaran, ikut berpartisipasi dan pengungkapan pendapat.
Guru yang dibutuhkan dalam sekolah yang ideal adalah guru yang mampu mengambil hati para anak didiknya. Pada kenyataannya, anak-anak merupakan alasan munculnya profesi guru dan melalui mereka pulalah profesi ini mendapat nilai yang berharga. Jadi dalam hal ini, sebaiknya kita mengikut sertakan peran anak didik dalam memberikan pendapat “Guru seperti apakah yang mereka idamkan ?”. Mungkin inilah waktunya bagi orang dewasa untuk mulai mendengarkan anak-anak, mendengar apa kata mereka, mengenai hal-hal yang mempengaruhi mereka. Sebagian besar anak memimpikan guru-guru yang penyayang dan perhatian. Sesuai dengan istilah Jawa, “guru adalah digugu lan ditiru (segala perkataannya selalu diperhatikan anak dan tingkahlakunya akan ditiru anak)”.
Terkadang hal inilah yang sangat memprihatinkan melihat para guru yang rata-rata mengedepankan intelektual dari pada hati yang berbicara. Mengedepankan ceramahnya dan tutur katanya dari pada perbuatan yang dilakukannya. Tetapi belum tentu juga semua guru seperti itu, ini hanyalah contoh kecil dari sekian banyak tipe-tipe seorang guru. Diantara guru yang berwatak kurang baguspun, masih banyak guru yang bisa menjadi teladan bagi anak didiknya.
Guru yang baik pada dasarnya adalah manusia yang baik. Mereka memiliki kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, tegas, luwes dalam perilaku, bekerja keras, serta berkomitmen pada pekerjaan mereka. Pusat perhatian mereka bukanlah pada buku teks, tetapi pada anak. Mereka sangat menyadari beragamnya cara anak-anak belajar, perbedaan antar anak-anak dan pentingnya metode beragam untuk mendorong siswa mampu belajar. Anak-anak yang belajar dengan guru semacam itu tidak perlu lagi mengeluarkan uang tambahan untuk mengikuti les sepulang sekolah.
Guru, dalam film Laskar Pelangi adalah guru ideal. Artinya guru yang sesuai dengan yang dicita-citakan, yang diangan-angankan ataupun yang diinginkan. Mereka digambarkan sebagai guru yang mengabdi dan berkarya di sekolah, yang meski sekolahnya tidak ideal tapi gurunya tetap mengajar dan mendidik dengan penuh semangat, kegigihan dan professional.
Guru ideal seperti mereka, sayangnya baru banyak ditemukan dalam kisah-kisah yang ditulis dalam bentuk cerita atau ditampilkan di layar kaca (televisi atau layar lebar). Guru  itu adalah guru dalam cerita dan kisah-kisah yang diciptakan para novelis. Bagaimana di lapangan atau di alam nyata seperti pada sekolah-sekolah di tempat kita?
Guru ideal tentu lebih dari sekedar profesional. Untuk menjadi guru profesional yang segala potensi keguruannya penuh ikhlas dan jujur bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkannya. Diperlukan pemahaman yang sangat mendalam, misalnya dalam usaha mewujudkan hasil/prestasi peserta didik yang menjadi sebuah kewajiban seorang guru.
Berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan guru telah dilaksanakan dengan berbagai bentuk pembaharuan pendidikan, misalnya diintroduksirnya proyek perintis sekolah pembangunan, pengajaran dengan sistem modul, pendekatan pengajaran, banyak sekali usaha-usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kualitas guru dan pendidikan guru yang dilaksanakan oleh pemerintah, seperti penataran, seminar-seminar dan latihan kerja.
·         Pembelajaran yang tepat yang dilakukan dalam kelas yang ideal
·         Metode mengajar yang dipraktekan saat ini
·         Metode yang dianggap tepat bagi sebuah keragaman
·         Mengembangkan metode tersebut
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena hal itu merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Dengan peran yang begitu penting, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.
Sebenarnya pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para anak didiknya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si anak didik secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar anak didiknya. Seorang anak didik belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.
Terdapat banyak cara pembelajaran yang bisa dilakukan guna meningkatkan minat dan semangat belajar para siswa di dalam kelas. Seperti yang sudah dijelaskan di atas “Mengenai metode pengajaran anak, sebaiknya tidak disampaikan satu arah, maksudnya anak jangan hanya diberi informasi saja oleh pendidik tanpa menggali potensi dari anak didik itu sendiri, maka dari itu metode yang tepat adalah menggali dan mengembangkan bakat dan minat dari siswa dan didukung dengan acuan dasar kurikulum yang tepat”.
Sebenarnya banyak sekali anak-anak yang ingin menyampaikan pendapat mereka tentang “bagaimana cara seorang anak dapat belajar dengan serius tetapi sedikit santai”. Sebagai seorang siswa-siswi merekapun juga ingin diberikan hak untuk berbicara dan didengarkan. Mereka ingin bisa mengeluarkan pendapat mereka tentang apa saja hal yang mereka sukai dan apa saja hal yang tidak mereka sukai di dalam sebuah sekolah.
Mereka tidak ingin sekolah justru menjadi tempat yang sangat menakutkan bagi mereka atau siapapun yang berada di dalam lingkungan yang bernama “sekolah”. Di dalam kelas, terkadang sering terjadi diskriminatif, interaksi guru-murid lebih diwarnai oleh rasa takut, ini menandakan fikiran masih terbelenggu. Dalam penguasaan bidang ilmu seolah-olah guru serba tahu secara mutlak. Ceramah merupakan metode yang lazim diterapkan. Murid-murid kurang terlibat secara aktif dan inilah penyebab suasana kelas dan suasana belajar menjadi serba membosankan.
Hampir setiap hari banyak murid yang memboloskan diri, hanya karena takut disuruh maju ke depan kelas untuk menjawab sebuah pertanyaan, dan apabila mereka tidak dapat menjawabnya, mereka akan menjadi bahan lelucon lucu dan bahan tertawaan. Atau mereka justru akan mendapatkan hukuman, hanya karena tidak bisa menjawab pertanyaan. “Bukankah seharusnya mereka mendapatkan bimbingan !”. Maka tentu tidak berlaku sebuah persepsi yang mengatakan “kelasku adalah istanaku” tetapi yang terjadi justru lebih terkesan “kelasku terasa bagaikan penjara”.
Saat ini masih banyak cara pengajaran yang dilakukan untuk menyerap ilmu, hanya dengan sekedar menyodorkan tugas-tugas hafalan untuk diuji. Sistem komunikasi dalam kelas cenderung satu arah dan murid lebih dominan bersikap “iya pak atau iya bu” kepada guru. Mengkeritik guru atau beradu argumen seolah dipandang tabu. Mungkin selalu dibelenggu ketakutan karena berdampak pada ancaman pada nilai rapor. Semua ini terjadi begitu saja tanpa memikirkan, apa sebenarnya yang dirasakan dan yang diinginkan para anak didik.
Banyak diantara anak didik yang mengungkapkan, bahwa mereka ingin para guru juga dapat menghormati harga diri siswa, sensitif terhadap kondisi emosi mereka, memberi kebebasan mengekspresikan diri dan bersikap adil pada semua anak apapun latar belakang, gender, kemampuan, dan ciri-ciri individual lainnya. Sebagian besar anak memimpikan guru-guru yang penyayang dan perhatian, itulah yang selalu dikatakan dalam sebuah debat pendapat.
 Untuk dapat menciptakan pembelajaran atau proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien dalam sebuah kelas yang ideal, dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem belajar-mengajar yang ada disekolah tersebut. Kemudian ikut mengevaluasi semua metode yang dilakukan dalam sistem pembelajaran yang berkaitan dalam lingkup sebuah sekolah dan kelas.
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam jalur metode yang sama dan satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.
Guru dapat berkreasi dengan berbagai metode pembelajaran yang khas secara menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi metode yang di dalamnya terdapat pendekatan, model, dan teknik secara spesifik. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya aspek yang juga paling penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan model pembelajaran.
·         Bentuk evaluasi yang dianggap baik dalam kelas yang ideal
·         Evaluasi yang dilakukan pada sekolah yang ideal
Sebuah sistem atau menejeman dalam sebuah sekolah adalah hal yang sangat penting untuk mewujudkan terciptanya suasana belajar-mengajar yang harmonis, efektif, dan efesien. Dengan mengevaluasi sistem atau menejemen cara belajar-mengajar yang ada di sekolah atau di sebuah kelas itu merupakan cara yang cukup efektif. Evaluasi dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukan merupakan cara satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan  guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada. 
Untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran tidak cukup hanya berdasarkan pada penilaian hasil belajar anak didik, namun perlu menjangkau terhadap desain program dan implementasi program pembelajaran. Penilaian terhadap desain pembelajaran, meliputi aspek kompetensi yang dikembangkan, strategi pembelajaran yang dipilih, dan  isi program. Dengan cara mengevaluasi suasana belajar di dalam kelas, dapat menjadi cara yang cukup ampuh, untuk dapat mengembalikan keceriaan belajar di dalam kelas, banyak cara yang dilakukan, sehingga suasana yang akrab dan menyenangkan dapat tercipta dan memenuhi ruang kelas. Humor dalam kelas cenderung meningkatkan proses belajar menjadi lebih semangat, cara ini juga termasuk cara yang efektif dalam mengevaluasi kelas.
·         Media pembelajaran yang di sajikan dalam kelas yang ideal
·         Penggunaan media
·         Mengembangkan media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu faktor pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru/fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru/fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran dapat memberikan manfaat memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien, penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, juga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, misalnya terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru/fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, media pembelajaran yang dapat disajikan di dalam kelas seperti alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa/anak didik). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.
·         Bentuk sarana sekolah yang ideal
·         Kondisi sarana sekolah saat ini
·         Yang harus dilakukan guna mengembangkan sarana sekolah
Saat ini sarana telah menjadi faktor yang penting dalam menentukan apakah sebuah sekolah layak dikatakan ideal. Sebuah pendapat telah dijabarkan diatas, bahwa suatu pendapat juga mengatakan bahwa sekolah bisa dikatakan ideal jika telah memenuhi seluruh kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Fasilitas, sarana dan prasarana dari sekolah harus ada untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Sekolah harus memiliki komputer, yang jika tidak ada maka sekolah tersebut akan dikatakan sekolah ketinggalan jaman. Bangunan sekolah harus megah dan memadai untuk ditempati sebagai tempat untuk mencari ilmu.
Padahal banyak sekolah-sekolah yang masih sangat tertinggal dari segi sarana dan pra sarana. Tetapi belum tentu juga hal tersebut menyurutkan semangat belajar bagi anak yang memang sangat menginginkan sekolah. Seperti sekolah-sekolah yang lokasinya masih di pedesaan dan letaknya sangat terpencil, serta jarak yang harus ditempuhpun sampai puluhan kilometer untuk mencapai ke lokasi sebuah sekolah. Bagi anak-anak yang mempunyai semangat yang tinggi untuk bersekolah, mereka tidak akan berputus asa dalam menggapai keinginan mereka untuk bersekolah. Karena di dalam hati polos mereka terdapat mimpi, yang ingin segera mereka jadikan kenyataan, cita-cita yang ingin segera mereka wujudkan, dan harapan yang selalu ada untuk mereka yang mau berusaha.
Seperti juga yang telah diterangkan di atas, tentang film “Laskar Pelangi” yang sangat menggugah hati. Dalam film tersebut digambarkan adanya sepuluh orang anak yang berjuang mati-matian mempertahankan sekolah mereka hanya untuk menuntut ilmu. Mereka hanya bersepuluh dan sekolah mereka tidak lebih bagus dari sebuah gedung yang hampir roboh. Sekolah mereka hanyalah berdinding papan yang tak layak dijadikan sebagai sekolah. Di sekolah mereka tidak ada komputer, bahkan kursi dan bangku mereka sudah tidak layak untuk dipakai. Tetapi kita dapat melihat kegigihan mereka. Mereka tetap ke sekolah walaupun harus menempuh jarak sepuluh kilometer. Dengan keteguhan, mereka mampu menjuarai karnaval dengan peralatan seadanya, menjuarai lomba cerdas cermat, walaupun setiap harinya mereka belajar berhitung hanya dengan menggunakan lidi sebagai alat hitungnya, dan ternyata mereka dapat mengalahkan sekolah lainnya yang memiliki fasilitas lebih canggih dan lebih modern. Keterbatasan sarana dan pra sarana bukanlah hal yang akan mematahkan semangat belajar bagi mereka yang memang ingin bersungguh-sungguh.
Tetapi pada prakteknya tetap saja memang sudah menjadi keharusan, bahwa sarana di dalam sebuah sekolah sangat penting keberadaannya. Sarana di sekolah juga sangat mempunyai andil di dalam meningkatkan mutu pendidikan di sebuah sekolah. Kualitas pendidikan tidak sekedar bergantung pada guru, tetapi juga sarana dan prasarana pendidikan yang memadai misalnya laboratoium dimana siswa bisa berpraktek, ruang kompeter serta komputernya, perpustakaan untuk memberikan bantuan pengetahuan, lapangan untuk sarana olah raga, ruang kelas, kursi dan meja yang masih layak digunakan, buku-buku yang sangat bermanfaat, bahkan untuk sekolah yang ideal gedung sekolahpun merupakan syarat mutlak, sebagai sarana dan pra sarana pada sekolah yang ingin dikatakan ideal, dan masih banyak lagi sarana-sarana yang dibutuhkan oleh sebuah sekolah.
Sungguh sangat ironis, bila melihat perbedaan yang sangat mencolok antara sekolah yang hanya memiliki sarana dan fasilitas seadanya, dengan sekolah yang memiliki sarana serta fasilitas yang sangat berlebih, sehingga sekolah tersebut dapat dikatakan sekolah yang sangat  ideal. Lalu, apa sebenarnya yang harus di  benahi dan di perbaiki ?
Hal ini seharusnya menjadi pukulan berat bagi pemerintah, instansi serta pihak-pihak yang berada di dalam dunia pendididkan untuk dapat segera memperbaiki keadaan yang seperti ini. Mungkin yang harus dibenahi pertama kali adalah kesadaran diri dari setiap pihak terkait yang berada di dalam dunia pendidikan, untuk mau memperhatikan sekolah-sekolah yang sarana, pra sarana serta fasilitasnya masih sangat tertinggal.


DAFTAR REFERENSI
http://aflah.wordpress.com/2008/02/28/bagaimanakah-menjadi-guru-ideal/
http://pakguruonline.pendidikan.net/problematika_sptr_guru_21.html
http://bloggersumut.net/tag/cara-mengajar

Sabtu, 16 Januari 2010

AKREDITASI SEKOLAH/MADARASAH


AKREDITASI SEKOLAH/MADARASAH
Adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentuksn kelayakan dan kinerja sekolah.
Tujuan Akreditasi Sekolah
-          Menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam menyelenggarakan layanan pendidikan.
-          Memperoleh gambaran tentang kinerja sekolah.
Dasar Hukum
  1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas BAB XVI Bagian kedua Pasal 60 tentang  Akreditasi.
  2. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 86 Pasal 87
  1. Peraturan Mendiknas No.29 Tahun 2005 tentang BAN-S/M.
  1. Peraturan-peraturan Mendiknas No. 11 Tahun 2009 tentang perangkat akredtasi SD/MI.
  2. Peraturan Mendiknas No. 12 Tahun 2009 tentang perangkat akredtasi SMP/MTs.
  3. Peraturan Mendiknas No. 13 Tahun 2009 tentang perangkat akredtasi SMK/MAK.
  4. Peraturan Mendiknas No. 52 Tahun 2008 tentang perangkat akredtasi SMA/MA.
8.      Peraturan Gubernur No. 35A/2007 tentang pengangkatan BAP-S/M.
Fungsi Akreditasi Sekolah
-          Untuk pengetahuan, yakni dalam rangka mengetahui bagaimana kelayakan & kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur yang terkait, mengacu kepada baku kualitas yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator amalan baik sekolah.
-          Untuk akuntabilitas, yakni agar sekolah dapat mempertanggungjawabkan apakah layanan yang diberikan memenuhi harapan atau keinginan masyarakat.
-          Untuk kepentingan pengembangan, yakni agar sekolah dapat melakukan peningkatan kualitas atau pengembangan berdasarkan masukan dari hasil akreditasi.
Prinsip-Prinsip Akreditasi Sekolah
-          Objektif, informasi objektif tentangg kelayakan dan kinerja sekolah.
-        Efektif, hasil akreditasi memberikan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
-          Komprehensif, meliputi berbagai aspek dan menyeluruh.
-          Memandirikan, sekolah dapat berupaya meningkatkan mutu dengan bercermin pada evaluasi diri.
-          Keharusan (mandatori), akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah sesuai dengan kesiapan sekolah.
Karakteristik Sistem Akreditasi Sekolah
-          Keseimbangan fokus antara kelayakan dan kinerja sekolah.
-          Keseimbangan antara penilaian internal dan eksternal.
-          Keseimbangan antara penetapan formal peringkat sekolah dan umpan balik perbaikan.
Cakupam Akreditasi Sekolah
-          Lembaga satuan pendidikan (TK, SD, SMP, SMA)
-          Program Kejuruan/kekhususan (SDLB, SMPLB, SMALB, SMK)
Komponen Penilaian Akreditasi Sekolah
-          Kurikulum dan proses belajar mengajar.
-          Administrasi dan manajemen sekolah.
-          Organisasi dan kelembagaan sekolah.
-          Sarana prasarana.
-          Ketenagaan.
-          Pembiayaan.
-          Peserta didik.
-          Peranserta masyarakat.
-          Lingkungan dan kultur sekolah.
Masing-masing kompoenen dijabarkan ke dalam beberapa aspek. Dari masing-masing aspek dijabarkan lagi kedalam indikator. Berdasarkan indikator dibuat item-item yang tersusun dalam Instrumen Evaluasi Diri dan Instrumen Visitasi.
Prosedur Akreditasi Sekolah
-          Pengajuan permohonan akreditasi dari sekolah.
-          Evaluasi diri oleh sekolah.
-          Pengolahan hasil evaluasi diri.
-          Visitasi oleh asesor.
-          Penetapan hasil akreditasi.
-          Penerbitan sertifikat dan laporan akreditasi.
Sekolah Mempersiapkan Akreditasi Sekolah
Sekolah melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
-          Sekolah mengajukan permohonan akreditasi kepada Badan Akreditasi Propinsi (BAP)-S/M untuk SLB, SMA, SMK dan SMP atau kepada Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) Kabupaten/Kota untuk TK dan SD Pengajuan akreditasi yang dilakukan oleh sekolah harus mendapat persetujuan atau rekomendasi dari Dinas Pendidikan.
-          Setelah menerima instrumen evaluasi diri, sekolah perlu memahami bagaimana menggunakan instrumen dan melaksanakan evaluasi diri. Apabila belum memahami, sekolah dapat melakukan konsultasi kepada BAN-SM mengenai pelaksanaan dan penggunaan instrumen tersebut.
-          Mengingat jumlah data dan insformasi yang diperlukan dalam proses evaluasi diri cukup banyak, maka sebelum pengisian instrumen evaluasi diri, perlu dilakukan pengumpulan berbagai dokumen yang diperlukan sebagai sumber data dan informasi.
Persyaratan Sekolah agar Dapat Mengikuti Akreditasi
-          Memiliki surat keputusan kelembagaan (UPT).
-          Memiliki siswa pada semua tingkatan.
-          Memiliki sarana dan prasarana pendidikan.
-          Memiliki tenaga kependidikan.
-          Melaksanakan kurikulum nasional.
-          Telah menamatkan siswa.
Pelaksana Akreditasi Sekolah
-          Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).
-          Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M).
-          Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) Kabupaten/Kota.
Keterangan :
-          Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) merupakan: badan non struktural yang secara teknis bersifat independen dan profesional yang terdiri atas unsur-unsur masyarakat, organisasi penyelenggara pendidikan, perguruan tinggi, dan organisasi yang relevan..yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan, standar, sistem,dan perangkat akreditasi secara nasional.
-          Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) berkewenangan untuk melaksanakan kegiatan akreditasi SMP, SMA, SMK dan SLB.
-          Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) Kabupaten/Kota berkewenangan melaksanakan akreditasi untuk TK dan SD.
Hasil dari Akreditasi
-          Sertifikat Akreditasi Sekolah, dan
-          Profil Sekolah, kekuatan dan kelemahan, dan rekomendasi.
Sertifikat Akreditasi Sekolah adalah surat yang menyatakan pengakuan dan penghargaan terhadap sekolah atas status dan kelayakan sekolah melalui proses pengukuran dan penilaian kinerja sekolah terhadap komponen-komponen sekolah berdasarkan standar yang ditetapkan BAN-SM untuk jenjang pendidikan tertentu.