MENYIAPKAN PENGHUBUNG ANTARA
AREA DAPUR DAN AREA PELAYANAN
A.
Lay out dan Alur Kerja
Lay
out atau
tata letak adalah perancangan fasilitas fisik dengan pertimbangan harus
ditujukan pada keseluruhan proses dan prosedur yang digunakan, kualitas dan
kuantitas yang diinginkan serta perubahan yang mungkin terjadi untuk kemajuan
restoran dimasa yang akan datang.
Lay
out yang
baik memungkinkan bahan, orang dan informasi mengalir dengan aman dan efisien.
Menurut Sukanto Reksohadiprodjo (1995) layout yang baik harus
memperhatikan: (1) kebutuhan dan fasilitas ruang, (2) prasarana pembawa bahan,
(3) lingkungan dan keindahan, (4) aliran informasi, (5) biaya membawa/memindah
barang antartempat kerja.
Menghubungkan
area kerja dapur dan pelayanan harus memperhatikan hal-hal berikut:
·
Tempat kerja pelayan
·
Area prasmanan
·
Area pelayanan dapur
·
Room service collection
·
Butler pantry
·
Area penyulingan (minuman)
Selain
untuk kepentingan alur kerja agar para pekerja dapat melaksanakan tugasnya
dengan efektif dan efisien, lay out juga harus mempertimbangan keamanan,
terutama keamanan pekerja dan peralatan.
Kenyamanan juga harus diperhatikan agar secara psikologis para pekerja tidak
merasa tertekan oleh suasana dan kondisi lingkungan pekerjaan.
Diagram
hubungan aktivitas work center
1. Storeroom
2. Bakery
3. Receiving
4. Freezer
5. Serving
line
6. Pot
washer
7. Meat
preparation
8. Tray
service (branch)
9. Vegetable
preparation
10. Refrigeration
11. Production
12. Dietitian’s
office
13. Tray
service
14. Tray
cart storage
15. Diet
kitchen office
16. Storeroom
(branch)
17. Dishwashing
18. Dumbwaiter
(elevator)
Hubungan Setiap Fungsi yang Berhubungan dengan
Restoran
Alur
kerja yang baik harus seperti ban berjalan, menghemat waktu dan bisa bekerja
dengan efektif dan efisien. Alur kerja yang baik dapat dicontohkan sebagai
berikut:
Alur
kerja yang efektif
Bagan
di atas menunjukkan alur kerja yang efektif. Pekerjaan dimulai dari tahap pertama
yaitu persiapan (prepare), membuka, mencuci, mengupas, menguliti dan membuang
bagian-bagian yang tidak diperlukan. Kedua mencampur (mixing) meliputi
menimbang, mengukur dan mengaduk. Tahap ketiga adalah memasak (cooking) dalam
tahap ini bisa dilakukan kegiatan memanggang, merebus, menggoreng, dan tahap
keempat adalah penyajian (serving). Penyajian bisa dilakukan di piring atau di
meja. Tahap terakhir dari pekerjaan adalah wash up meliputi pencucian dan
pengeringan.
Gambar
berikut menunjukkan hubungan rangking dari seorang pekerja dengan didasarkan
pada perbandingan tingkat kenyamanan dari penempatan 7 (tujuh) peralatan besar
di bakeshop work center. Rangking 0 sampai 4 peralatan.
Lay
out sistematis
Kriteria
untuk menilai apakah tata letak fasilitas sudah baik atau belum, atau perlu
disempurnakan lagi menurut Hari Purnomo (1999) dapat diperhatikan hal-hal
berikut:
1. Jarak
angkut dalam ruang proses minimal, dengan demikian akan menghemat tenaga serta
biaya pemindahan bahan.
2. Aliran
bahan berjalan dengan baik dan tidak mengganggu suatu proses produksi yang
sedang berjalan.
3. Penggunaan
ruang yang efektif, artinya disediakan suatu jarak antaralat yang tidak terlalu
lebar maupun tidak terlalu sempit.
4. Fleksibilitas,
artinya tata ruang dirancang demikian rupa sehingga apabila diperlukan dapat
dilakukan perubahan mengikuti perkembangan (jenis produk, jumlah, kapasitas).
5. Terjamin
keselamatan barang yang diangkut.
B.
Penyerasian Pekerjaan
dan Lingkungan
Penyerasian
pekerjaan dan lingkungan sangat berpengaruh pada factor keselamatan dan
kenyamanan dalam bekerja, untuk itu perlu diupayakan desain peralatan yang pas,
pencahayaan, kebisingan maupun getaran dikenal dengan istilah ergonomi.
Penerapan ergonomi sendiri menurut beberapa ahli telah dapat dibuktikan mampu meningkatkan
produktifitas sebanyak 10% lebih, karena itu ergonomi banyak digunakan dalam
sector produksi seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, dan
jasa. Untuk menguji kesesuaian seseorang dengan pekerjaannya perlu
dipertimbangkan beberapa aspek antara lain:
1. Pekerjaan
yang dilakukan dan tuntutan kerja.
2. Peralatan
yang digunakan (ukuran, bentuk dan bagaimana peralatan tersebut sesuai dengan
fungsinya) sikap kerja yang paling nyaman termasuk dalam pengoperasian
alat-alat, sehingga dapat mencapai hasil yang efektif dan produktif.
Penyerasian pekerjaan dengan peralatan yang digunakan dan lingkungan fisik
seperti suhu,
3. Informasi
yang digunakan.
4. Lingkungan
fisik, seperti ukuran dan bentuk tubuh, kebugaran dan kekuatan, postur, indra
manusia, terutama penglihatan, pendengaran dan lain-lain, ketegangan pada
otot-otot.
5. Lingkungan
sosial, seperti kerja sama tim dan manajemen yang mendukung.
6. Aspek
psikologis seseorang, seperti kemampuan mental, kepribadian, pengetahuan dan
pengalaman.
Penerapannya
pada pekerjaan perlu penyesuaian orang-orang yang bekerja di dalamnya dengan
pekerjaannya, misalnya (1) Pada pekerjaan yang dikerjakan secara manual
diperlukan perbaikan sikap-sikap kerja yang meliputi sikap badan, sikap tangan,
cara kerja dan cara berdiri. (2) Pada pekerjaan yang dikerjakan dengan mesin
maka perencanaan mesin dan peralatan kerja harusnya sudah disesuaikan dengan
kondisi karyawan.
C.
Penataan Peralatan
Berdasarkan
ukuran tubuh manusia, maka peralatan dapur dirancang sesuai dengan tinggi tubuh
manusia. Panjang lengan berhubungan dengan jarak jangkauan untuk penempatan
peralatan yang dibutuhkan. Besar tubuh manusia digunakan sebagai pertimbangan
untuk tata letak penataan antara satu alat dengan alat yang lainnya.
Tata
letak peralatan harus disesuaikan dengan keterbatasan manusia sebagai pekerjanya. Peralatan harus didekatkan dengan
orang yang sering menggunakannya dan pertimbangkan bagaimana pekerja dengan
mudah menjangkaunya tanpa harus membungkuk atau meregangkannya.
Setiap peralatan mempunyai karakteristik yang berbeda, oven,
lemari es, microwave, dan salamander memiliki pintu yang sering dibuka,
sehingga harus dipikirkan penempatannya. Kompor, oven, atau alat-alat pemanas lainnya
akan mempengaruhi suhu ruangan di dapur. Begitu pula dengan alat- alat lainnya
yang juga memiliki karakteristik masing-masing.
Dengan demikian karakristik tersebut menghendaki penataan dan penempatan
yang tepat supaya tidak menghambat, bahkan dapat memperlancar pekerjaan di
dapur. Penempatan oven dengan meja kerja harus dapat memberikan keleluasaan
untuk membuka pintu oven karena benda tersebut panas, maka jarak yang
disarankan dari pintu tersebut sebanyak 135 cm. Jarak antara satu meja dengan
meja lainnya di mana hitungan tersebut dapat dipergunakan untuk bekerja, dengan
kemungkinan karyawan dapat lewat mengangkat barang disediakan lebar 135 cm,
pada ruangan yang biasa dilewati dengan kereta dorong maka dibuat jarak 150 cm.
Tata letak dan alur kerja perlu dipikirkan untuk menghindari
pemborosan waktu, tenaga dan bahan-bahan. Penataan yang tepat sangat berguna
untuk:
1. Mengurangi terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
2. Mengurangi terjadinya kesakitan dalam bekerja.
3.
Meningkatkan kinerja dan
produktifitas.
D.
Work
Center
Work
Center atau pusat kerja merupakan landasan dari perencanaan sebuah lay out.
Hubungan antara work center dengan lay out seperti atom dengan senyawa, tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Work center adalah sebuah area di
mana pekerjaan yang dilakukan oleh individu yang saling berhubungan dikelompokkan.
seperti contohnya kita akan mendapatkan bakeshop di dalam mixing center,
panning center, dan baking center. Jumlah dari fungsi yang akan dilakukan dan
jumlah material yang dipegang akan mencerminkan jumlah dari pusat yang
dibutuhkan.
Pada
beberapa kasus dibutuhkan banyak work center karena pekerjaanpekerjaan sudah
dikhususkan sedemikian rupa. Pada dapur yang lebih kecil jumlah work center
yang diperlukan juga tidak terlalu banyak dan work center ini digunakan
berulang-ulang untuk berbagai pekerjaan yang harus diselesaikan.
Rata-rata
ruang yang diperuntukan untuk sebuah work center adalah 1,39 m2 dengan lebar 76
cm dan panjang 182 cm. Space ini bisa lebih kecil lagi untuk orang-orang yang
memiliki ukuran tubuh lebih kecil. Seorang yang bekerja di work center harus
dapat mengerjakan semua tugasnya dalam area tersebut tanpa harus berpindah
tempat.
Ukuran
work center biasanya standar, namun bisa disesuaikan dengan spesifikasi produk
yang dikerjakan. Para pekerja tidak perlu menjangkau di luar tempat lebih jauh
di luar area kerjanya. Batas maksimal area kerja tersebut disebut maximum
reach. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan lebih banyak perhatian, lebih sering
dikerjakan, ataupun yang berat dan sulit dikerjakan haruslah ditempatkan dalam
jangkauan normal, sedangkan pekerjaan yang lebih jarang dilakukan dapat ditaruh
di area maximum reach.
Penyesuaian
tempat kerja dengan alur dan jangkauan kerja
Jangkauan ukuran
normal dan maksimum area kerja seorang laki-laki,
untuk
wanita dikurangi 10%
E.
Menghubungkan Area
Dapur dan Area Layanan
1. Petugas
yang bertanggung jawab untuk mengawasi area restoran:
-
Executive
Chef/Sous Chef/Chef de partie
-
Aboyer
-
Manajer
Restoran/Asisten
-
Manajer Pelayanan kamar/Asisten/Kapten
-
Buspersons
-
Kepala Pelayan
-
Pelayan
2.
Mengawasi hal-hal sebagai
berikut:
-
Makanan
dan minuman merupakan barang yang sesuai dengan menu.
-
Saus
dan hiasan di atur dengan baik.
-
Persediaan
yang cukup dan bersih.
-
Gelas
tembikar dan peralatan makan yang bersih dan tidak cacat/rusak.
-
Suhu
yang sesuai.
-
Porsi
disesuaikan menurut standar resep.
-
Tidak
ada tetesan, tumpahan atau noda.
-
Penyajian secara bersih dan menarik.
3.
Memeriksa makanan dan
minuman
Makanan dan minuman yang harus diperiksa adalah aspek suhu, penyajian,
penentuan porsi, ketetapan, kebersihan, kesehatan, ketepatan pesanan/permintaan
dan keamanan. Berikut ini disajikan daftar untuk memeriksa makanan.
F.
Komunikasi Antardapur
dan di Titik Pelayanan
1.
Komunikasi
yang efektif
a. Bahasa
tubuh yang dipergunakan sesuai dengan situasi.
b. Kebutuhan
ruang personil diperhitungkan dan disiapkan sesuai kebutuhan.
c. Menggunakan
bahasa yang tepat.
d. Teknik
mendengar, bertanya dan membuat kesimpulan, dipakai untuk meningkatkan
pengertian antarrekan kerja.
e. Mengenali
dan mencegah hambatan dalam proses mendengar secara efektif.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam aspek komunikasi berkaitan dengan sikap tubuh:
Sikap Tubuh
Kesan
|
|
Tangan
di belakang.
|
Menyembunyikan
sesuatu, khawatir atau
menahan
perasaan tertentu.
|
Tangan
bersilang di depan.
|
sedang
dihadapi.
|
Tangan
di dagu.
|
Berpikir,
menganalisa atau dapat juga
berarti
bosan (tergantung pada ekspresi
mata).
|
Tangan
di samping tubuh.
|
Defensif.
|
Memainkan
pulpen atau
membuat
coretan yang tidak
berarti.
|
Tidak
konsentrasi pada pembicaraan,
pikiran
rnelayang.
|
Mengetuk-ngetukkan
jari,
menghela
nafas, melihat jam.
|
Tidak
sabar, ingin cepat-cepat
mengakhiri.
|
Mengangguk-angguk
Setuju.
|
Mengerti.
|
2.
Membangun
kelompok
a. Jika
dibutuhkan, kelompok dibentuk untuk menyelesaikan pekerjaan.
b. Sasaran
yang jelas disetujui dan dipersiapkan.
c. Mengenali
kekuatan staf dan menggunakannya sebagai panduan dalam menjalankan peranan
masing-masing.
d. Anggota
kelompok didorong untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan.
e. Keberadaan
seorang asisten diperhatikan dan atau ditawarkan kepada anggota kelompok.
f. Instruksi
diberikan secara jelas dan efektif.
3.
Bekerja
dalam kelompok
a. Komunikasi
dengan anggota kelompok lainnya menghasilkan hasil yang jelas, positif dan
efektif.
b. Interaksi
dengan anggota kelompok dalam bentuk kerja sama.
c. Saran
dan informasi dari anggota kelompok lainnya diperhatikan dan diberi tahu.
d. Kontribusi
terhadap usaha kelompok dibuat untuk memaksimalkan kinerja kelompok.
artikel yang di posting sangat bagus dan memberi pengetahuan, namun akan lebih baik jika artikel yang apload di sertai dengan ryjukan berupa daftar pustaka
BalasHapus